Friday, October 16, 2009

“who moved my cheese”


Saya baru saja selesai membaca buku “who moved my cheese” karangan Dr. Spencer Johnson. Kenapa saya baca buku itu? Karena saya direkomendasikan oleh teman. Hehehe. Sebelumnya memang sudah sering melewati toko buku dan menemukan buku ini di rak best seller, tapi seperti biasa, rekomendasi dari orang yang kita kenal, rasanya memang lebih bisa membuat saya mengangkat pantat saya yang lebar ini dan bergerak mencari buku tersebut.

Bukunya tidak terlalu panjang, ceritanya singkat, mungkin sudah sering kita alami, namun kadang kala kita tidak menyadari kalau kita berada dalam posisi seperti karakter-karakter dalam buku ini.

‘Cheese’ di sini merupakan perlambang dari sesuatu yang kita cari, yang ingin kita capai dalam hidup, baik pekerjaan, hubungan dengan orang lain, dsb. Sedangkan ada empat karakter berbeda, dua tikus dan dua ‘little people’. Mereka berempat sama-sama mencari cheese dalam cerita ini. Diceritakan dua tikus ini sudah menemukan keju mereka, namun mereka sadar terjadi perubahan dari tempat mereka menemukan keju sehingga mereka harus mengantisipasinya dengan mulai mencari tempat dimana mereka bisa mendapatkan keju baru. Berbeda dengan para tikus, little people tidak menyadari adanya perubahan di tempat keju tersebut dan mereka mulai terlena dan menikmati apa yang ada. Nah, ketika keju mereka sudah habis, disitulah dimulai ‘perenungan’ mengenai apa yang harus little people lakukan. Apakah kita hanya menyalahkan keadaan dan berharap keadaan kembali seperti dulu? Atau justru kitalah yang menjadi perubahan itu?

Ini beberapa quote yang saya suka dari buku itu:

Haw said, “Sometimes, Hem, things change and they are never the same again. This looks like one of those times. that’s life! Life moves on. And so should we.”

When you are afraid things are going to get worse if you don’t do something, it can prompt you into action. But it is not good when you are so afraid that it keeps you from doing anything.

That what you are afraid of is never as bad as what you imagine. The fear you let build up in your mind is worse than the situation that actually exists.


Dan my fave:

“He realized the fastest way to change is to laugh at your own folly—then you can let go and quickly move on.”

Jadi saudara, bolehlah anda baca buku ini. Ringan kok, tidak berat topiknya, tapi mengena. Happy reading and don’t be afraid to be the change :)

No comments:

Post a Comment