Sunday, December 27, 2015

Terakhir 2015

Sabtu kemaren ketika saya sedang pergi bersama teman, saya menunjukkan posting-an Path di timeline saya ke temen saya. "Eh coba liat deh ini", kata saya sambil setengah tertawa dan menunjukkan layar telepon genggam saya (ja elah telepon genggem.. bahasalu mak)

Dear Path dan para pengguna-nya, kadang kalian suka post hal-hal menggelitik yang ga kepikiran, plus kreatif dan penuh curhat colongan. 

Saya mencoba menelaah kalimat di atas dengan (sok) bijaksana. Segala sesuatu sudah direncanakan dari atas dan sudah ada jalannya masing-masing. Tidak ada orang yang 'salah', yang ada hanya momentum yang tepat. Semua orang yang ada di kehidupan kita pasti mengajarkan sesuatu untuk kita bukan? Pahit, manis, asem, asin, but eventually you learn anyway.

Menjelang akhir tahun ini, sekalian deh saya menuliskan catatan akhir tahun. In a scale 1 to 10, how do you rate this year for you?
Saya jawab ya. (Si mbak yang satu ini emang suka nanya dan jawab sendiri)
Buat saya, tahun 2015 ini saya kasih nilai 9. Kenapa ga 10? Karena satu poinnya mau saya tambahkan untuk pertanyaan: In a scale 1 to 10, how do hopeful you are for the upcoming years? - Sebelas mbak!

Mungkin ketika saya bilang, skor tahun ini untuk saya ialah 9, orang-orang akan bertanya, apa yang kamu capai tahun ini? Kayanya ga ada yang 'kelihatan' di mata orang-orang. Yang kelihatan kayanya cuma si mbak yg tambah gemukan deh. *Oke makasih loh, walopun bener tapi tetep pait juga ya ngedengernya.

Buat saya tahun ini saya belajar kalau kesehatan nomor satu.

Belajar untuk menerima keadaan bahwa kadang situasi yang kita hadapin ga sesusai dengan situasi yang kita harapkan, dan kamu berhak untuk memilih hal yang lebih bikin hati tenang ditengah badai opini orang lain di sekitar.

Belajar memahami value dari lingkungan kerja dan nilai-nilai positif yang bisa diambil. Saya bersyukur tahun ini bisa belajar dari dua perusahaan dengan karakteristik masing-masing, dan bertemu dengan orang-orang yang membukakan mata dan peluang. Berat memang bahasanya. Agak sulit diungkapkan dengan kata-kata tanpa terdengar menye-menye.

Belajar tentang relationship, antara keluarga, teman, pasangan. Dengan banyak ngobrol dengan orang lain, pola pikir kita jadi lebih terbuka dan membuat kita jadi bisa berpikir lebih jauh ke depannya. Makasih banyak dengan orang-orang di sekitar dengan perhatiannya, nasihatnya, nagging-nya, celaannya, encouragementnya dan lain-lainnya. Couldn't be any lucky to have you guys in my life.

Belajar banyak juga dari pengalaman orang-orang di sekitar. Apalagi pengalaman pahit, itu obat yang paling manjur buat belajar.

Belajar kalau if something is meant for you, it will. But if it's not, you just have to let it go and cherish the moment you once had with them. You were lucky enough to have it in the first place anyway. (ini berlaku untuk semua hal! ga cuma hape :p)

Last but not least. Ini paling kece marice hey hey: belajar ngebentuk alis. hahahaha. Pada saat proses pembelajaran, gagal itu hal biasa bukan? Termasuk ketipisan/ kebotakan nyukur alis. Ini proses pembelajarannya paling cepat akibat kepepet.

Jadi dalam kalimat yang lebih singkat: I am happy and very thankful for this wonderful 2015- and I believe you are too!
Jadi saudara-saudara terkasih. Selamat menikmati beberapa hari terakhir di tahun 2015 ini. Jangan lupa siap-siap resolusi 2016 yah!


Friday, December 25, 2015

A Note from Unhappy Customer

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang suka komplain. Saya cenderung 'memaklumi' dan tidak mau memperpanjang masalah dan menghindari konflik. Namun kejadian satu ini membuat saya agak bete (dilatar belakangi dengan habis kehilangan hape juga) dan membuat saya ingin ngoceh-ngoceh. Kenapa ujung-ujungnya nulis di blog, ya karena sepertinya saya ga menemukan alamat email yang bisa ditujukan untuk menulis uneg-uneg saya ini. Contact email customer service hanya ditujukan buat nanya-nanya mengenai product mereka, dan saya rasa email komplain saya bakal kepanjangan dan ga ada yang peduli.

Apa sih sebenarnya yang pengen saya ceritain? Simple banget. Tentang service dari sebuah toko.
Pada tanggal 5 September saya pergi ke toko Urban Icon di Mall Kelapa Gading. Tujuan saya ialah untuk mengganti strap dari jam tangan saya dengan tipe NY8410 dan mengganti satu batu yang hilang. Setelah diberikan tanda terima oleh sang karyawan. Sang karyawan berkata bahwa nanti ketika servis sudah selesai, saya akan dihubungi. Untuk servis ini akan memakan waktu sekitar 3 bulan, sehingga tertulislah di tanda terima bahwa pada tanggal 5 Desember servis akan selesai.

Setelah lewat dari tiga bulan, tepatnya tanggal 11 Desember, saya menelpon nomor service center yang tertera pada tanda terima. Alamat service center tersebut di Sudirman, dan menurut jawaban dari petugas, jam tangan saya sudah kembali ke toko di Kelapa Gading.

Saya baru sempat pergi untuk mengambil jam tangan saya di toko tersebut pada tanggal 24 Desember. Memang suasana hati sedang kurang baik pada saat itu. Jadi percakapan saya dengan karyawan toko tersebut kurang lebih seperti ini:

Saya (S): Mas, mau ambil jam tangan. Ini bon-nya
Karyawan (K): Oke sebentar mbak. *dia buka logbook manual dia.
S: Udah selesai mas jam-nya?
K: Udah nih mbak. *sambil liat catatan di logbooknya
S: Dari tanggal berapa mas? Kok saya ga dihubungin? *mulai cranky
K: Ini dari tanggal 23 November mbak. Udah ditelponin tapi ga diangkat. Ini notesnya *sambil nunjukin remarks
S: Masa mas? Saya ga ada record nomor telepon ga diangkat tuh di hape saya. Emang ga bisa sms ato ninggalin pesan?
K: Di sini semua emang kalo ditelpon satu kali doang sih mbak. Tapi berkali-kali. Ini ya mbak jamnya *sambil ngeluarin jam dari bungkusnya
S: *ngambil jam tangan dan ngecek hasil servisan. Kok ini kacanya butek dan kotor sih mas?
K: Oh iya sebentar mbak. Mbak duduk aja dulu *si mas membawa jam ke belakang

Ini titik di mana Saya pengen jadi tamu gila ngamuk-ngamuk semacem di hotel tempat dulu saya kerja - tapi itu cuma dalam angan-angan, belum kesampean bisa ngamuk gila gitu

K: Mbak ini udah jamnya
(jadi itu jam cuma dilap pake tissue basah sih, cuma ya plis deh. kesel banget. pas terima barang dari service centernya emang ga dia cek sama sekali? kotor banget itu mah kacanya)
S: Ya udah ini bayar. Makasih ya. *ini versi basa basi singkat tapi tetep bete ke mas-nya

Kenapa saya ga memperpanjang amukan ke si mas? Karena saya merasa dari respon si mas, dia juga ga tau apa-apa. Percuma ngomel-ngomel ke orang yang juga sepertinya ga tau bagaimana sistem yang benar. Mungkin saja dia juga dapat 'sampahan' dari karyawan yang harusnya in-charge untuk ngurusin barang-barang yang udah diservis.
Saya lebih pengen bertanya ke managementnya (nanya ke mana? email ke siapa?), bagaimana sebenarnya sistem dan standarisasi after service dari toko tersebut. Apakah barang yang sudah satu bulan selesai diservis tanpa diambil oleh customer akan dibiarkan begitu saja? Apa memang benar standar mereka hanya menelpon satu kali?
Sebagai toko yang menyediakan servis, harusnya sih bisa ada yg diperbaiki dari sistem mereka ya.
I am one unhappy customer :(

Dear "Tidak diangkat", coba deh kenalan sama "Coba Lagi"



Thursday, December 24, 2015

Hape Hilang

There's always the first time for everything, hopefully there won't be the second for this. *amit-amit
Jadi Iphone 6 saya hilang. Hiks. Sedihnya pake banget. Words cannot describe the sadness inside of me. Oke memang terdengar drama, tapi kalau namanya kehilangan sesuatu yang menurut kita penting pasti ada rasa sedih. Se-plegmatis akutnya Anda, pasti rasa kehilangan itu ada.

Kalau ditanya: "kok bisa (ilang)?", ya sodara-darah, saya juga maunya tu hape ga bisa ilang :D
Kemarin (23 Dec) merupakan hari terakhir saya kerja. Udah seneng pake banget mau pulang. Seperti biasa antrilah saya naek bus Transjakarta yang terkenal padat dengan penumpang itu. Saya masih ingat terakhir saya membaca message Whatsapp di hape, lalu hape mulai agak hang. Ga lama satu bus Transjakarta merapat ke halte dan saya bersiap-siap naik. Hape sudah saya dimasukan di dalam tas. Mungkin karena panik dan sudah mulai merapat mau naik bus, (mungkin) saya lupa menutup resleting di tas, tp saya selalu menyimpan tas saya di depan saya. Selama melewati beberapa halte, saya tidak mengecek tas ataupun hape saya, lalu barulah di tengah2 perjalanan, saya mulai mencari hape saya. Mulainya merogoh-rogoh isi dalam tas, tp ga bisa menemukan sesosok henpon yang langsing itu. Saya mencoba tenang, karena ini bukan pertama kalinya hape saya itu nyelip di tas. Lalu saya mencoba menelpon hape tercinta dengan menggunakan hape kantor saya- dan langsung terdengar jawaban operator "nomor telepon sedang dialihkan". Okay, pada saat itu saya tahu bahwa ini bukanlah sekedar hape nyelip di dalam tas. saya mencoba mengecek history saya. Terakhir Whatsapp saya aktif pukul 5.52, dan saya mencoba menelpon hape pada pukul 6.06. 
Sudah mencoba untuk lock handphone juga dengan program 'Find my Iphone', namun status terakhir hape tersebut sudah offline. Oh mai gat hape saya udah diperdagangkan bebas, semoga dia ga ikut organisasi-organisasi yang ga bener. Cape mikirin 'what if', 'should've', 'could've', ato pengandai-andaian kalo saja lebih hati-hati dsb. Cuma bisa direlain aja sekarang. 

In life sh*t happens and life goes on. Hape memang bukan sesuatu yang tidak bisa digantikan, namun ikatan antara saya dengan henpon saya tidak bisa digantikan begitu saja dengan barang baru. Ada kebersamaan selama delapan bulan terakhir ini, bahkan bisa dikategorikan kecanduan. *oke ini teguran buat diri sendiri
Kalo kembali diingat-ingat, momen ketika kepengen banget beli henpon ini, dengan berbagai pertimbangannya (harga, harga dan harga), sampai pinjem kartu kredit orang. Jadi keinget moment first time unboxing the phone, and the cupu moment adjusting from Android to IOs. Duh jadi mellow. Udah ah ke mo ke mol aja urusin kartu sim sama beli yang rose gold aja (ini ngetiknya sambil setengah ngigo).

Sebagai penutup, marilah kita bersiul ala Mockingjay dan mengacungkan tiga jari kita, sebagai tanda pemberontakan terhadap sindikat copet di kendaraan umum. *lagi kepaitan banget

What does a phone case mean without its phone? *sob

Tuesday, December 1, 2015

You're Welcome!

Because everyone is welcoming December on their social media such as path and instagram, I'm gonna join the crowd by celebrating the last month of the year: Welcome December!
Woohoo!!!
This is the moment when you start to count on how many days left this year. For me personally, I like to play montage in my head about what happened so far this year. In short, this year a the year full of blessings (with the tears and laughter on it). I also happened to think more deeply about life and relationship. As a growing human being, I started to accept that sometimes sh*t happens and you just got to hold your head up and continue with your life. Be SETRONG cyin!

Anywaaaay, once again let's welcome the month full of joy and festivity - I mean, you've seen the christmas decoration at those malls rite? :p