Setelah membaca ‘Princess Diaries’ volume empat, Princess in waiting, saya jadi berpikir apakah ada orang jaman sekarang yang masih rajin nulis diary?
Well I know you pada masih bertanya-tanya kenapa wanita seumuran saya (lol) masih baca cerita tentang ABG lima belas taun yang mendadak mengetahui bahwa ia adalah pewaris kerajaan Genovia (selain karena jiwa saya kan ga beda jauh dari usia remaja 15 tahun. forever young.haha). Alasan yang paling benar ialah karena saya menemukan e-book dalam bahasa inggris daaaaaan bahasa yang simple dan tidak ribet dan ngejelimet untuk dibaca di komputer ialah buku-buku dengan bahasa inggris sehari-hari. Kalo gw baca wuthering heights atau karya Shakespeare di komputer, bisa-bisa bola mata gw mencotot mencoba membaca dan memahami tiap kalimat.
Kembali ke masalah nulis menulis diary. Diceritakan kalo si Mia ini suka menulis di jurnalnya dan dia menemukan talentanya di menulis yang dimulai dari kesukaannya mencurahkan isi hatinya ke jurnalnya (cie ileh kalimat ini pas gw baca ulang rasanya norak bener haha). Nah, sekarang gw jadi berpikir, apakah ada yang masih menggunakan bolpen ato pensil lalu mencurahkan perasaannya dengan tulisan tangannya? Wah canggih. Keren kalo masih ada yang ada. Bisa dikatakan rajin juga, karena menurut gw menulis dengan menggunakan alat tulis itu lama sekali dibandingkan dengan mengetik tak ketak ketik seperti yang gw lakukan ini. Tentunya kalau menulis menggunakan tulisan tangan, otak lebih dilatih untuk menyusun kalimat terlebih dahulu dalam otak kita. Beda dengan menggunakan keyboard komputer, kayanya semua yang terlintas di otak bisa langsung gw tulis hahahaha.
Tapi saya pribadi sih merasa menulis dengan menggunakan tangan rasanya lebih personal ya. Saya sendiri masih ingat ketika esde, guru kelas 5 saya mengatakan supaya kita menulis diary untuk mengembangkan kemampuan menulis kita. Saya rasa sih pernyataan si guru tersebut berkaitan dengan ulangan bahasa Indonesia yang sering kali menyuruh kita untuk mengarang. Inget ga? Yang biasanya ada 4 kotak berisi gambar berbeda dan kita disuruh menulis cerita mengenai gambar-gambar tersebut. Satu gambar biasanya satu paragraf. Satu halaman tersebut harus dipas-pasin isinya, kadangkala saya curang membesar-besarkan tulisan saya demi memenuhi petunjuk dari ibu guru hahaha. Cerita yang saya karang juga selalu standar, entah mengapa saya sulit berimajinasi mengarang cerita yang menarik. Nah, yang menurut saya ga penting ialah, seringkali nilai mengarang tersebut didasarkan pada kerapihan kita menulis dan tidak kotor! Hahaha. Sepertinya diskriminasi kepada kaum pria ya. Mengingat ketika esde biasa para lelaki sering dikomplain tentang betapa sulitnya tulisan mereka dibaca. Bahkan dulu seingat saya, ketika ujian, selain ada nilai ujian, ada nilai tulisan. Hahahaha.
Halah malah jadi ngalor ngidul. Kembali lagi ke tulisan tangan, berbahagialah mereka yang masih sempat menulis catatan harian dan surat dengan tulisan tangan karena saya yakin mereka orang yang berdedikasi tinggi (apa coba maksudnya?!). maksudnya diantara kecanggihan jaman ini, penemuan komputer dan mesin tik, mereka masih memilih untuk menulis dengan tangan. Hebaaaaaaaat! Mari kita galakan kembali rasa keakraban dengan diri kita dan orang lain dengan tulisan tangan kita. Hehehehe.
Hidup tulisan tangan! Ihiyyy….
No comments:
Post a Comment