Wednesday, October 28, 2009

happy-ness

saya bahagia ketika perut saya kenyang. Saya bahagia setelah merasakan betapa nikmatnya wingko babat yang barusan saya telan. Saya bahagia sehabis nonton pelem saw (gile psycho kali abis nonton saw jadi bahagia), nonton pelem UP deh.

Tapi berapa lama efek kebahagiaan itu tetap ada? Nikmatnya makanan hanya sebatas di lidah lantas menghilang. Tidak akan bertahan rasa makanan itu di lidah kita. Lantas dua jam kemudian kita berasa lapar. Begitu juga setelah nonton film, setelah keluar di bioskop, masuk ke lapangan parkir yang panas aja, perasaan bahagia itu sudah bisa berganti dengan keluhan tentang si matahari yang bersinar terik.

Jadi apakah bahagia itu? Apakah bahagia itu selalu sifatnya semu dan sementara? Apakah kebahagiaan bisa dibeli?

Jawabannya adalaaaaah. . . eng ing eng. Hehehehe

Kaga tau eke.
Sumpeh deh. Ga ngibul.

Okay deh, saya mencoba menjawab versi saya sendiri, jadi tolong jangan dibandingkan jawaban saya dengan mbah plato ato Socrates ya. Walopun mungkin beberapa jawaban saya ada yang standar, ato mepet-mepet bacaaan yang pernah anda baca.

1. Jadi apakah bahagia itu?
Ba-ha-gi-a. kata sifat. Karena sifat, berarti bentuknya berupa perasaan. Perasaan apa? Perasaan senang dan berkecukupan (bisa juga berlebihan, yang jelas tidak berkekurangan). Disebabkan karena apa? Bisa hal berupa materi dan imateri.

2. Apakah bahagia itu selalu sifatnya semu dan sementara?
Tergantung asal kebahagiaan itu apa. Kalau kebahagiaannya berasal dari makanan, ya semu. Karena makanannya habis, habis pula kebahagiaannya. Naaah ini nih yang saya baca dari imel forward-forwardan, janganlah kamu menggantungkan bahagiamu pada orang atau benda lain, karena itu semua sifatnya semu. Orang lain atau benda lain bisa pergi, hilang, atau mengecewakan dirimu. Oleh karena itu bahagia ialah pilihan dirimu. Jadikanlah dirimu sumber bahagiamu. Cie ileh. Gitu deh. Sama kalo perlu ditambahkan, jadikan Tuhanmu sumber bahagiamu, karena Tuhan tidak akan pernah mengecewakanmu. Nah kalo sumber kebahagiaannya kekal, berarti bahagianya kekal dong (horaaay)

3. Apakah kebahagiaan bisa dibeli?
Bisa dong. Uang bisa beli segalanya. Bukannya saya punya paham matrealistis, emang saya akui yang namanya uang bisa beli banyak hal, tapi, sampai seberapa lama sih efek bahagia yang bisa diberikan oleh uang itu? Uang bisa beli segala-galanya, tapi belum tentu bisa memenuhi segala yang kau inginkan.

Kesimpulan dan saran:
- Bahagia yang abadi berasal dari Tuhan dan kemauan kita untuk menerima diri kita apa adanya
- Hidup tidak selamanya berbunga-bunga, jadi yah tergantung kita untuk menerima apa yang terjadi di hidup kita ini. Pilihlah untuk menjadi bahagia dalam susah maupun duka.
- Isi dan kesimpulan dari tulisan ini ga nyambung
- Saran: karena tulisan ini banyak ngaco, disarankan pembaca jangan terlalu ambil pusing dengan tulisan diatas.

No comments:

Post a Comment