Sunday, June 4, 2017

Tokyo - Part 2

16-19 Maret

Ini adalah posting-an terakhir dari edisi jalan-jalan ke Jepang tahun ini. Semoga nanti ada kesempatan kembali lagi ke negara cantik ini ya. Kami berdua sebenarnya tidak punya banyak rencana untuk tiga malam terakhir ini. Bisa dibilang agak bingung malah sebenarnya. Ke mana kaki melangkah, mungkin itu lebih tepatnya moto perjalanan kami ini, terutama udah dekat-dekat mau pulang ke rumah, hati rasanya seperti bimbang, antara ga mau ninggalin Jepang sama udah kangen sama kampung. Ini benar lho, seenak-enaknya jalan-jalan/ negara lain, pasti lebih enak negara sendiri (ya ya... walau negara kita ini begitulah hahaha)

Just like any other big cities in the world 

Shibuya crossing yang ngeheits di Tokyo 

 Sarang Otaku di Akihabara

 Jalanan tempat maen abege: Harajuku Street

Efek nyasar muter muter cari Yoyogi Park, liat marka jalan yang ajaib 

On our way to Meiji Shrine

Semakin mendekati hari pulang, semakin sedikit semangat foto-foto. Plus ditambah muka udah lelah dan penuh dengan kantong mata hitam :D
Kami sempat main-main ke Gotemba Premium Outlet dengan harapan bisa melihat Gunung Fuji. Perjalanan naik train lumayan panjang dan melelahkan dan sesampainya di sana, saya cuaca tidak mendukung untuk melihat Gunung Fuji dari kejauhan. Langit mendung dan awan menutup sang Gumung Fuji yang didambakan. Mungkin belum jodoh. Lain kali kalau mampir ke sini, saya mau coba inap di Hakone atau Lake Kawaguchi cantik pasti ya.
Til we meet again Japan!

Cheers,
Abeth


Sunday, May 14, 2017

Shirakawa-go

15 Maret

Salju turun ga berhenti di Shirakawa-go ketika kami main ke sana. Pemandangannya cantik banget dengan salju menumpuk di mana-mana. Daerah di sini punya ketinggian yang lebih dibanding daerah-daerah lain, jadi kemungkinan turun salju di daerah ini cukup besar walaupun sudah masuk early spring.

Kami datang ke Shirakawa-go dengan ikut halfday tour seharga 4,400yen/ orang. Isite Takayama nama tournya. Sepanjang perjalanan menuju desa tersebut, kami diberikan pengantar dan petunjuk tentang desa tersebut, serta rumah mana yang direkomendasikan untuk dikunjungi (bayar lagi untuk melihat masuk ke dalam rumah). Kami ga masuk kedalam salah satu rumah yang direkomendasikan karena sudah kalap foto-foto dan kami hanya punya waktu sekitar dua jam di sana. Overall indah banget tempatnya, turis lokal pun senang main ke sini. Lain kali ke sini pas musim gugur kece juga kali yak!

Jembatan menuju desa dari bus parking area. Liat jembatannya aja udah super excited. Alamak!

Si Manis jembatan Shirakawa-go *eaa

Ada yang kegirangan muter-muter ala Sound of Music 

 Ini sungguh amat indah pemandangannya. Oke bosen ya omongan saya gitu terus. Tapi emang cantek sekali inih

Rumah yang bisa dikunjungi

Pemandangan dari jalan utama

Kalau ini pemandangan dari atas, kita bisa naek shuttle (bayar) atau jalan kaki. Kita sih pilih naek shuttle ya. hahaha 

Rumah-rumahnya kaya dibedakin sama gula tabur ya. #edisilaper 

Tiap pagi kudu nyerokin salju dulu sebelum kerja

Akhirnya kesampaian juga mengunjungi Shirakawa-go. Sebenarnya di Indonesia juga pasti masih banyak desa-desa tradisional kaya gini ya. Ga kalah cantik juga tentunya. Duh, jadi pengen jalan-jalan lagi nih. Yuk bang bing bung kita nabung!

Cheers,

Abeth

Saturday, May 13, 2017

Takayama

15 Maret 2017

Perjalanan kami lanjutkan dari Kyoto menuju Takayama dengan naik kereta tentunya. Tujuan utama tentu saja demi melihat Shirakawa-go. Desa yang masuk ke dalam situs warisan dunia. Sebelum kereta kami merapat di stasiun *caelah merapat* kita sudah bisa melihat salju turun sepanjang jalan menuju Takayama. Sesampainya di stasiun JR Takayama, kami langsung menuju hotel kami yang berada di seberang jalan. Mulailah adegan geret-geret koper sambil menembus turunnya salju yang makin lebat. Lebatnya salju yang turun cocok banget buat adegan drama-drama/ video klip dengan efek slow motion. Kami sampai di hotel sekitar jam setengah dua belas sedangkan jam check in hotel jam tiga sore. Kami menitipkan tas kami di reception hotel dan berniat jalan-jalan di old town Takayama sembari menunggu jam halfday tour kami pada jam 13.20 siang. Inilah hasil muter-muter cantik kami selama satu jam lebih.

Saljunya seru banget turunnya. Berhenti sebentar, lalu lanjut turun salju lagi

Salju meleleh becek-becek gimana gitu. Kotanya tenang dan sepi banget. Cucok buat semedi dan cari inspirasi.

Ini dia Beef Sushi yang diantriin di Old Town Takayama. 900 yen dan ngantri buat 3pcs sushi ini. Dagingnya maknyus meleleh di mulut

Sunyi sepi di jem 12 siang. Gimana malem-malem coba.

Salju turun on and off

Ini macem rumah-rumah di drama Jepang yak. So sweet.

Karena sudah hampir jem satu siang, buru-burulah kami kembali ke depan station Takayama karena mau ikut halfday tour ke Shirakawa-go. Kenapa kami milih ikut halfday tour padahal ada bus umum yang bisa menuju Shirakawa-go? Alasannya biar kami ga pusing aja. hahaha. Ga perlu pake bingung-bingung dan harganya juga ga terlalu beda jauh *kayanya ya..hahaa maap surveynya setengah-setengah*
Foto-foto Shirakawa-go-nya akan saya posting terpisah ya.

Cheers!



Tuesday, April 4, 2017

Kyoto


13-14 Maret

Menyenangkan sekali berada di Kyoto. Kotanya sederhana namun cantik. Sampai rasanya melihat kali berdampingan dengan pohon yang masih kering dan belum berdaun rasanya romantis sekali. Mungkin kalau ibarat wanita, Kyoto hanya butuh sapuan maskara dan blush on sedikit untuk bisa menikmati kecantikannya *perumpaan macam apa pula ini/


Makan siang adem-adem di pinggir sungai


Nishiki Tenmangu Shrine

Ketika kompleks rumah terlihat kece

Liat poto jalanannya aja bikin pengen balik lagi

Kiyomizu-dera dengan di sore hari

Issen Yoshoku Okonomiyaki Store

Early morning visit ke Fushimi Inari Taisha- sampe masih bisa foto petanya tanpa ada background orang
Fox wish plate at Fushimi Inari

Ini ga perlu caption ama tag location lah ya. Spot poto instagram kalo di Kyoto

Nah, kalau mau mendaki Gunung Inari, siap-siap tenaga sama bekal. Ini kami baru sampai di pos yang ke-6 - pos ke 14 ialah Summitnya. Di sini aja udah kece, di atas pasti lebih kece. Tapi sayang napas ud megap-megap sis. Mejeng sampe sini aja ud seneng. Next time ke Kyoto mau banget sampe ke Summitnya.

Ini Arashiyama Bamboo forest- tempat di mana saya dan As berusaha berkali-kali nyari angle foto yang kece namun selalu gagal. Kami mungkin perlu latihan lebih keras buat jadi selegram.

Abis browsing-browsing timeline IG orang, kami dapat info kalau di Kyoto Gyoen Park sudah ada Sakura yang bloom - walaupun ga lebat, tapi tetep kami heboh sendiri poto

Ini poto diambil dengan susah payah pake naek-naek bangku biar keliatan sakura-nya banyak. 

Our last sunset in Kyoto

In short, ini kota ngangenin banget. Sederhana namun tetap ada sentuhan modern-nya. Pasti mau balik lagi ke tempat ini dan nyobain banyak makanan enak yang belum sempet dimakan kemarin. I'll be back Kyoto! :)

Popcorn

Anda pernah ke bioskop khusus untuk beli popcornnya?
Mungkin ada yang pernah.
Tapi kebanyakan dari kita pasti beli popcorn sebagai teman nyemil pas nonton film di bioskop tersebut.

Minggu kemarin, angan-angan untuk nonton bioskop sambil nyemil popcorn buyar.
Kami berencana nonton film 'Logan' yang notabene sudah dua bulan tayang di bioskop. Kami berpikir pasti udah ga bakal ada yang nonton film tersebut- ya, kami cukup basi karena di saat orang heboh ntn Ghost in a Shell, kami Logan pun belum nonton.
Ketika di mobil kami sempat ngobrol: "kira-kira ada berapa orang yang nonton film itu?"
Saya nebak: "Dua puluh. Ga bakal penuh itu bioskop." Pede banget deh macem peserta debat pilkada yang mau pecat Gubernur yang lagi menjabat *eaa campur politik*

Film Logan tersebut hanya tayang dua kali pertunjukan pada hari itu. Kami berniat menonton pertunjukan yang kedua pada pukul 15.45. Kami tiba di Mal sekitar jam tiga sore, dan dengan pedenya berpikir: masih lama nih, yuk muter-muter (kali-kali ada yang kecantol bisa dibeli -ato dibeliin *nyiahaha*)
Jam 15.30 sampailah kami di bioskop. Antrian loket bioskop seperti biasa lumayan panjang, namun kami berpikir: pasti nonton yang lain lah. Again, sapa juga sih orang yang basi kaya kami nonton film yang udah tayang dua bulan.

Walhasil kami atur strategi mengantri -duileh.
Pacar antri tiket, saya beli popcorn.
Ternyata beli popcorn tidak mengantri panjang. Selesai saya membeli popcorn, pacar masih dalam antrian tiket. Lalu sampai kepada giliran kami di depan mbak-mbak penjual tiket bioskop.
Mbak xxi: Mo nonton apa Pak?
Pacar: Logan
Mbak xxi: kursi yang sisa cuma di depan doang Pak. *sambil memperlihatkan layout teater*
Saya: *ngintip nyolong liat screen dari barisan samping lalu langsung buang popcorn bag ke atas. Popcorn manis dan asin ukuran medium langsung berhamburan dari dalamnya*

How could this happened?!
Kudu insert emoticon nih biar seru. Emoticon pake dua tangan mengcengkram udara kosong tanda ketidakpercayaan akan nasib malang yang baru saja diterima.
Kami terlalu naif sodara-sodara. Berharap bisa melenggang masuk ke bioskop yang seperempat terisi penonton lalu nyemil popcorn sampe leher sakit.
Batal lah kami nonton Logan.
Hancur sudah mimpi-mimpi indah kami. *mimpinya cetek yak haha*

Wisata ke bioskop hari itu diakhiri dengan duduk di depan teater dengan empat poster film sambil menghabiskan popcorn.
Pesan moralnya sodara-sodara, please make sure you have the movie ticket first- baru beli snack di bioskop.
Jangan jatuh ke lubang yang sama dengan kami. Be strong like Logan guys!

PS: kami masih akan mencoba nonton Logan weekend ini- kalo masih tayang :D

Wednesday, March 29, 2017

Osaka

12 Maret 2017

Hari ini perjalanan ke kota berikutnya di Jepang dilanjutkan ke Osaka.
Di sinilah mulai menguji fisik, karena ga semua train station di Jepang punya lift di entrance mereka. Kami berdua sudah gerek-gerek koper dan sengaja berputar cari entrance yang jauh sekalipun demi ga harus gotong koper kami lewat tangga (baru hari kedua dan koper masih kososng). Tapi sayang sekali ternyata kami harus setrong dan terpaksa gotong koper akibat jalur train yang mau kami naiki ga ada liftnya. Sesampainya di kereta, langsung laper berat hahaha

Beberapa kali kami harus berganti kereta sampai akhirnya berhasil duduk manis di Shinkansen. Di Shinkansen ini mulailah tidur berlanjut :p
Mulai pinteran dikit dah baca rute-rute kereta, efek uda makan beras Jepang

Kami tiba di Osaka lewat dari jam 12 siang, dan cari pintu keluar dari station juga ga kalah ribet dan pake acara muter-muter. Ditambah lagi angin di hari itu bertiup kencang sekali dan belum makan siang yang proper. Sesampainya di hostel kami di kawasan Dotonburi, kami langsung cari makanan. Di situ ternyata saya sudah masuk angin. *ampun deh ga lagi-lagi telat makan

Sehabis makan, walaupun dengan badan lemas, tetap dong perjalanan dilanjutkan. Kali ini kami mengunjungi Osaka Castle- yang ternyata lumayan jauh dari train station yaa.... Kalo lagi sehat-sehat aja sih ga masalah- tapi kalo lagi masuk angin, maknyus juga ya... Walhasil sampai di depan Osaka Castle, saya tidur sore hahaha. Duduk di bangku menghadap Osaka Castle, dengan tangan kedinginan efek tiupan angin, saya berusaha tidur dengan harapan badan bisa enakan.
Mungkin ada sekitar 20 menit saya tidur-tidur (sok) cantik, tapi ga efek karena teteup badan ga enak. Saat saya sok-sokan bobo, travel partner saya entah kemana uda mulai beli souvenir di stall-stall dekat situ hahaha.

Wajah bangun tidur+masuk angin namun tetap harus foto untuk kenang-kenangan

Jualan es krim dengan stall unyu di depan Osaka Castle

Sakura malu-malu kembali ditemukan

Lalu selesai mejeng di Osaka Castle, lanjutlah perjalanan balik ke Dotonbori untuk liat Glico Man sign. Sepanjang jalan menuju Glico Man Sign, kita menyusuri Shinsaibashisuji Shopping Street. Berbagai toko dengan berbagai jualan barang yang ga penting tapi lucu-lucu memanggil. Di situlah masuk angin langsung hilang. Ternyata oh ternyata, maen ke shopping street jawabannya! Tanpa perlu minum Tolak Angin. :D

Karena kami ga sanggup antri Pablo di Gandaria City, kami ke Osaka saja 

Dotonbori~ Udah sah ya dateng ke Osaka!

Karena waktu kami memang terbatas di Osaka, kami ga sempet muter-muter ke tempat lain- tapi in general, saya ngelihat Osaka seperti kota besar pada umumnya, kurang ngangenin dibandingin Kyoto. Tunggu foto-foto Kyoto di postingan selanjutnya :)

Saturday, March 25, 2017

Tokyo - Part 1

11 Maret 2017

Setelah 7 jam terbang -plus badan pegel-pegel dan tidur yang kurang nyenyak, akhirnya sampai juga di Tokyo. Dengan semangat 45 dimulailah perjalanan dengan menukarkan tiket JR pass di counter JR Pass Exchange Center. Ceritanya udah pede nih abis nukerin tiket JR pass dan beli Suica Card. Lantas ketika kami mau masuk ke station train, mulai melempem dan lemeslah melihat train system di Tokyo yang ribet itu *keringet dingin. Tapi tenang, awal-awal mungkin Anda bisa siok liat betapa banyak line kereta yang ada, tapi lama-lama Anda akan teruji kemampuan untuk bertahannya.

Tujuan utama kita tentu saja ngedrop koper di Hostel. Kita inep di Enaka Asakusa Hostel dengan budget permalam 3,000 yen/ person saja. Ini hostel yang paling bagus yang kita inepin di Jepang. Abis nitip koper, kembali semangat yang sempat mereda kembali membara. Mulailah kita muter-muterin daerah sekitar.

 Perempatan Asakusa - ketika perempatan terasa kece


Sensoji Temple - yang ramenya ga ketulungan 

Ema - may all the good things coming your way

 Sakura malu-malu di dalam Euno Park

Sakura - full blossom at the entrance of Ueno Park 

Shinobazu Pond; karena naek bebek-bebekan bukan monopolinya Ancol


Gashapon - my kryptonite/ mesin penelan 100yen

Ini view dari rooftop Hostel: Tokyo Sky Tree. Kece yak. 



Jepang!!!

Yippie!!!
Liburan yang telah lama dinantikan akhirnya datang! :D
Kisah perjalanan ini dimulai dari omongan random dua cewe kece *subjektif ya haha* di awal taun 2016. Sebut saja namanya Abeth dan As (ini macem mo pake nama samaran yang berujung failed abis). Entah bagaimana, sebenernya kita berdua juga udah jarang kontek-kontekan, tapi bisa sepakat dan berhasil liburan ke Jepang bareng. Ajaib juga kalo dipikir-pikir, secara terakhir ketemu aja sepertinya pas abis lulus kuliah. Oh ya, plis jangan tanya kita angkatan berapa - yang jelas temen-temen seangkatan kita udah banyak yang punya dua anak saat ini :p

Walhasil di bulan Oktober 2016, kami berdua sepakat membeli tiket promo Garuda ke Tokyo. Seperti layaknya orang-orang lainnya yang kalap dengan promo tiket murah, kami juga ga mo kalah.
Kalap. In split second we have to issue the ticket *oke lebay*. Nggak seekstrim itu kok gaes, kalau mau issue tiket pasti dikasi time limit. Saya ingat sekali waktu itu baru aja pulang dari Surabaya- habis ke meritan temen *sok jetset ceritanya*, trus langsung inget kalo duit di ATM lagi menipis juga abis ke luar kota. Walhasil minjem duit dulu buat transfer bayar tiket. Ini kok serasa buka aib ya hahaha

Abis beli tiket tentunya tahap berikutnya ialah susun itinerary - walopun sebenernya harusnya sblm beli tiket kudu mikir dulu sih rutenya mau ke mana. Cuma sudahlah, namanya jg kalap :p
Sempat juga beberapa kali kita meeting untuk nentuin itin, hotel dan beberapa hal teknis lainnya, tapi entah mengapa saya merasa dalam perjalanan kali ini kami berdua sangat nyantai. Terlampau santai mungkin. Kami berdua termasuk tipe: "Ya udahlah, liat nanti aja" soal perjalanan ini. Beruntung juga ga ada yang aneh-aneh terjadi selama kami berdua jalan-jalan di Jepang. Palingan nyasar-nyasar dikit dan pas itu terjadi yang biasa kita lakukan ialah menyalahkan GPS dan google maps. 
"Google mapnya error nih lokasinya ngaco. Tadi kita lokasinya di sini, kok sekarang berubah lagi!"
Memang tidak menyelesaikan masalah, tapi setidaknya kita ga saling berantem nyalahin satu sama lain. Itulah gunanya GPS hahaha

Untuk singkatnya, rute yang kemarin kami jalani ialah sebagai berikut:

D01: Jakarta - Tokyo (Haneda)
D02: Tokyopi
D03: Tokyo - Osaka
D04: Osaka - Kyoto
D05: Kyoto
D06: Kyoto - Takayama 
D07: Takayama - Tokyo
D08: Tokyo
D09: Tokyo
D10: Tokyo - Jakarta

Tokyo - Osaka - Kyoto biasa rute standar orang jalan-jalan kan ya. Jadi sebenarnya kami jalan-jalan juga dengan santai, dan ga pake riset mendalam. Yang jelas kita ke tourist attraction yang sangat common dikunjungi, yang foto-fotonya sering kita lihat di instagram-instagram *cie anak IG bener sis
Kami juga berniat punya foto-foto yang ga kalah kece sama timeline orang lain yang kita liat di sosmed - tapi kok failed ya... hahaha. Kali ini selain GPS dan google maps, kita juga punya kambing hitam lainnya: cuaca. 
Awal Maret kemarin, cuaca di Jepang masih di bawah 15 derajat celcius dan bahkan ketika kami tiba di Takayama masih turun salju. Kami berjalan dengan kedinginan (udah pake jaket kok) dan wajah kami terlihat bengep kalo di foto. Beneran, ga boong. Itu pasti efek perubahan cuaca *mwahahaha
Oh iya, kemarin ini di beberapa tempat, pohon Sakura juga sudah mulai berkembang. Walaupun cuma satu dua pohon saja udah cantik bener. Ga heran kalo pas puncak musim semi orang-orang rela desak-desakan buat liat cherry blossom. Saya aja ngeliat dua pohon sakura berkembang uda seneng bingits *katro yes

Karena 'a picture worth a thousand words' , saya posting foto-foto aja ya gaes *baca: males nulis panjang-panjang. Nanti akan dibikin posting foto per kota biar gh kepanjangan postingannya.

In short, Jepang ngangenin banget. Dari kebudayaannya, makanannya, orang-orangnya, pokoke smuanya. Semoga next time bisa balik lagi ke sana *ihiyyy

Cheers!
Abeth