Ketika saya sedang bengong dan tak ada kerjaan, tiba-tiba terlintas dalam pikiran hal ini. Saya suka mencari hiburan dengan mencet-mencet channel tipi lokal dan melihat sinetron sekilas-sekilas. Lantas terlintas dalam benak saya, apa yang membuat sinetron tersebut menarik? Mungkin terdengar aneh, tapi ketika saya menyadari, yang menjadi hiburan ialah masalah orang lain. Namun sampai sejauh mana masalah orang lain masih dikategorikan hiburan?
Sebagai contoh paling dekat dengan kita, coba anda nongkrong di depan tivi di jam prime time. Yang menguasai rating jam segitu biasanya adalah sinetron-sinetron (saya tidak punya data yang pasti, tapi radar saya meyakini bahwa sinetron masih menjadi tontonan mayoritas di malam hari, mungkin selain sidang di DPR yang lagi naik daun). Nah, bagi anda yang pernah merasakan hidup di era 90-an, pasti masih ingat kalau dulu sinetron ditayangkan seminggu sekali dan kita menunggu dengan sabar kelanjutan sinetron tersebut. Sekarang? Tidak perlu menunggu seminggu, dalam satu hari satu malam anda sudah bisa menyaksikan kelanjutan cerita tersebut. Isi sinetron tidak jauh dari penderitaan, tangis, dan ratapan. Itulah sinetron Indonesia menurut pandangan saya.
Bayangkan saja, jika dahulu seminggu sekali tokoh-tokoh dalam sinetron mengalami masalah, sekarang setiap hari tokoh-tokoh tersebut didera masalah tiada henti. Saya rasa jika para tokoh-tokoh tersebut benar-benar hidup dalam dunia nyata, saya akan sangat amat salut terhadap kesanggupan mereka dalam menghadapi masalah yang ada. Sepertinya mereka hanya diizinkan bahagia dalam setengah episode saja sebelum masalah baru muncul. Kebahagiaan para tokoh tersebut muncul kurang dari lima belas menit dari berpuluh episode masalah.
Lantas ketika masalah baru muncul biasanya ditunjukkan dengan ekspresi zoom kamera yang meng-close up ekspresi pemain yang pas-pasan, ditambah musik latar yang menegangkan *aw saya takut* yang tentunya anda hafal. Seperti mendung pertanda hujan, ketika musik latar ini berkumandang, anda tahu bahwa dalam sedikitnya sepuluh episode ke depan, tokoh tersebut tidak akan bahagia. Saya tidak menyalahkan yang membuat jalan cerita , yang saya bingung di sini, kenapa orang-orang masih mau menonton jalan cerita yang makin ngawur, maksa, dan tidak ada indah-indahnya tersebut? Why people oh why? Kenapa kalian masih mau menonton acara macam itu? Sepertinya hidup kalian berat sekali sampai-sampai kalian menganggap ‘masalah’ mereka adalah hiburanmu. Lantas pesan moral apa yang diberikan dari sinetron tiada akhir tersebut? Bahwa jadi orang baik pasti harus menderita? Harus menderita dan penderitaan itu tiada henti?
Saran saya bagi pecinta sinetron, berhentilah menonton ketika masalah utama yang ditampilkan pada teaser sinetron tersebut sudah terselesaikan. Jika anda terus menonton, anda sendiri yang akan menderita, anda akan sakit hati kenapa kok ada tokoh yang jahat buanget nget nget dan kenapa ada tokoh yang teraniaya banget nget nget. Anda akan kesal lalu ngedumel ke sekeliling anda tentang betapa jahatnya tokoh X, lantas secara tidak sadar pikiran-pikiran buruk tersebut akan mempengaruhi pola pikir dan perbuatan anda. benar deh. Mungkin sekali lagi saya tidak punya bukti ilmiah, namun satu yang saya yakini benar kalau ‘benih’ yang anda tanam di pikiran anda ialah yang buruk-buruk, maka pasti berbuah yang jelek juga (walopun tetap ada kemungkinan keluar yang baik, tapi peluangnya sedikit banget).
Saya yakin kita punya kesadaran tentang sampai di mana cerita dalam sinetron tersebut bisa menjadi hiburan bagi kita. Walaupun anda suka melihat beberapa pemain sinetron yang ganteng dan cantik-cantik tersebut (yes, I admit that some of them are good looking) tapi please lah, be wise. Jangan biarkan masalah di cerita-cerita sinetron tersebut berubah dari hiburan menjadi pengaruh buruk pada anda. masih banyak kok hiburan lainnya, seperti berbagi cerita dengan orang lain (diskusikanlah masalah di dunia nyata hahaha), baca buku motivational, bermain dengan anak dan tetangga anda, apapunlah yang menjauhkan anda dari hawa-hawa negatif ‘sinetron dengan derita tiada henti’. Ingat, too much trouble is never an entertainment.
Note: saya tidak anti sinetron. Saya hanya berharap apa yang ditampilkan di sinetron bisa lebih membangun bagi penontonnya.
No comments:
Post a Comment