Friday, December 25, 2015

A Note from Unhappy Customer

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang suka komplain. Saya cenderung 'memaklumi' dan tidak mau memperpanjang masalah dan menghindari konflik. Namun kejadian satu ini membuat saya agak bete (dilatar belakangi dengan habis kehilangan hape juga) dan membuat saya ingin ngoceh-ngoceh. Kenapa ujung-ujungnya nulis di blog, ya karena sepertinya saya ga menemukan alamat email yang bisa ditujukan untuk menulis uneg-uneg saya ini. Contact email customer service hanya ditujukan buat nanya-nanya mengenai product mereka, dan saya rasa email komplain saya bakal kepanjangan dan ga ada yang peduli.

Apa sih sebenarnya yang pengen saya ceritain? Simple banget. Tentang service dari sebuah toko.
Pada tanggal 5 September saya pergi ke toko Urban Icon di Mall Kelapa Gading. Tujuan saya ialah untuk mengganti strap dari jam tangan saya dengan tipe NY8410 dan mengganti satu batu yang hilang. Setelah diberikan tanda terima oleh sang karyawan. Sang karyawan berkata bahwa nanti ketika servis sudah selesai, saya akan dihubungi. Untuk servis ini akan memakan waktu sekitar 3 bulan, sehingga tertulislah di tanda terima bahwa pada tanggal 5 Desember servis akan selesai.

Setelah lewat dari tiga bulan, tepatnya tanggal 11 Desember, saya menelpon nomor service center yang tertera pada tanda terima. Alamat service center tersebut di Sudirman, dan menurut jawaban dari petugas, jam tangan saya sudah kembali ke toko di Kelapa Gading.

Saya baru sempat pergi untuk mengambil jam tangan saya di toko tersebut pada tanggal 24 Desember. Memang suasana hati sedang kurang baik pada saat itu. Jadi percakapan saya dengan karyawan toko tersebut kurang lebih seperti ini:

Saya (S): Mas, mau ambil jam tangan. Ini bon-nya
Karyawan (K): Oke sebentar mbak. *dia buka logbook manual dia.
S: Udah selesai mas jam-nya?
K: Udah nih mbak. *sambil liat catatan di logbooknya
S: Dari tanggal berapa mas? Kok saya ga dihubungin? *mulai cranky
K: Ini dari tanggal 23 November mbak. Udah ditelponin tapi ga diangkat. Ini notesnya *sambil nunjukin remarks
S: Masa mas? Saya ga ada record nomor telepon ga diangkat tuh di hape saya. Emang ga bisa sms ato ninggalin pesan?
K: Di sini semua emang kalo ditelpon satu kali doang sih mbak. Tapi berkali-kali. Ini ya mbak jamnya *sambil ngeluarin jam dari bungkusnya
S: *ngambil jam tangan dan ngecek hasil servisan. Kok ini kacanya butek dan kotor sih mas?
K: Oh iya sebentar mbak. Mbak duduk aja dulu *si mas membawa jam ke belakang

Ini titik di mana Saya pengen jadi tamu gila ngamuk-ngamuk semacem di hotel tempat dulu saya kerja - tapi itu cuma dalam angan-angan, belum kesampean bisa ngamuk gila gitu

K: Mbak ini udah jamnya
(jadi itu jam cuma dilap pake tissue basah sih, cuma ya plis deh. kesel banget. pas terima barang dari service centernya emang ga dia cek sama sekali? kotor banget itu mah kacanya)
S: Ya udah ini bayar. Makasih ya. *ini versi basa basi singkat tapi tetep bete ke mas-nya

Kenapa saya ga memperpanjang amukan ke si mas? Karena saya merasa dari respon si mas, dia juga ga tau apa-apa. Percuma ngomel-ngomel ke orang yang juga sepertinya ga tau bagaimana sistem yang benar. Mungkin saja dia juga dapat 'sampahan' dari karyawan yang harusnya in-charge untuk ngurusin barang-barang yang udah diservis.
Saya lebih pengen bertanya ke managementnya (nanya ke mana? email ke siapa?), bagaimana sebenarnya sistem dan standarisasi after service dari toko tersebut. Apakah barang yang sudah satu bulan selesai diservis tanpa diambil oleh customer akan dibiarkan begitu saja? Apa memang benar standar mereka hanya menelpon satu kali?
Sebagai toko yang menyediakan servis, harusnya sih bisa ada yg diperbaiki dari sistem mereka ya.
I am one unhappy customer :(

Dear "Tidak diangkat", coba deh kenalan sama "Coba Lagi"



No comments:

Post a Comment