Kalo biasanya gw menulis tentang hal-hal di sekitar gw dengan bernada sinis, sekarang gw mau bercerita tentang cinta. Halah. Opkors not my love story –yeah like I have one *sigh*, tp tentang love story yang saya tonton di pelem. Wakaka. Tapi tetang saja, saya tidak akan bercerita tentang kisah cinta rose dan jack di titanic, ato kisah tragis romeo dan Juliet yang sudah beribu-ribu kali anda dengar, tapi tetap anda tonton lagi kalo ada pelemnya. Kisah cinta yang akan saya ceritakan di bawah ini berasal dari pelem jepang ato china ( I don’t know exactly negara mana yang memproduksi, tp ga penting juga lah). Baiklah mari kita mulai ceritanya… jeng jeng…
(aye nonton pelemnya telat, ga tau telat berapa menit, tapi kayany ga terlalu banyak mempengaruhi pesan yang ingin disampaikan oleh felem ntu)
Alkisah ada sebuah bocah laki-laki ganteng -it’s debatable tough- berkebangsaan jepang (tampang cowo inilah yang membuat gw memutuskan nonton channel celestial movies ini pada saat ganti-ganti channel, dia telah mencuri hatiku. halah) berusia kurang lebih 20an kurang, masih usia kuliah lah (brarti bukan bocah ye). Si pria jepang ini memutuskan untuk pergi belajar bahasa mandarin di kota shanghai di china, dan –kata felemnya- die memilih untuk ngekos di rumah penduduk biasa untuk lebih bisa memahami dan mendalami kebudayaan serta bahasa mandarin. Alhasil pria jepang ini ngekos di rumah seorang ibu yang punya usaha toko kelontong dengan anak perempuannya yang usianya sepantaran dengan pria jepang ini. Karena si pria jepang masih kaga bisa berbahasa mandarin, dan keluarga china ini kaga bisa bahasa jepang, komunikasi mereka terbatas dan juga cuma sekadar yang penting-penting saja.
Nah, si anak cewe pemilik toko kelontong ini sejak awal sudah menunjukan gelagat-gelagat ‘mencurigakan’. Hehehe.. si cewe kaga sekolah, dia hanya bantuin ibunya jaga toko. Lama kelamaan nih cewe mulai semakin pengen tau banyak tentang si cowo, pake bahasa inggris yang terbatas (dua-duanya sama-sama terbatas) mulai dari sok-sok nanya tentang bahasa jepang dan lain-lain, tapi tetap dengan komunikasi yang terbatas, ga deket.
Sampailah pada suatu hari dimana si cowo mau balik ke jepang, tapi si cowo janji suatu saat bakal kembali lagi ke shanghai. Si cewe dengan berat hati mengantar si cowo menuju taxinya. Ya sudah, si cowo pamitan dengan muka asik-asik aje, nyantai, sambil ngomong goodbye, zai jian dan satu lagi bahasa jepangnya goodbye itu apalah. Setelah berbye-bye ria dalam berbagai bahasa dan si cowo mau masuk ke taksi, si cewe berkata: “ te qiero”. Si cowo bingung, lalu nanya apaan tuh ‘te qiero’, trus si cewe bilang: “ it means goodbye in spanish.” Lalu si cowo memasang tampang ‘ooh i get it’ and then dia masuk ke dalam taksi. Ketika taksi mulai berjalan, si cowo sambil buka kaca, melambaikan tangan dan berteriak: ‘te qiero’ sebanyak tiga kali dengan kencangnya.
Cerita berlanjut, satu tahun kemudian, si pemuda jepang ini kembali ke shanghai. Tempat pertama yang dikunjunginya ialah bar spanyol (tempat minum bir dan bersantai bernuansa spanyol maksudnya) tempat waktu dulu dia kerja part time. Pemilik bar yang dulu dia bekerja itu bisa bahasa jepang, jadi die basa-basi dulu deh ama si bos. Pas lagi asik-asiknya ngobrol ama si bos bar spanyol, rombongan pria-pria spanyol (bayangkan iker casilas lewat *slurp* haha) yang abis minum-minum melewati mereka berdua, dan si bos pemilik bar tentu saja basa-basi supaya mereka datang lagi lain waktu, dan si pemuda jepang ini dengan maksud baik bilang: ‘te qiero’ ke rombongan cowo-cowo spanyol itu. Dengan ketawa, cowo-cowo spanyol itu berkata: “ what do you mean?”, si cowo jepang berkata: “ te qiero, it means goodbye”. sambil melanjutkan ketawa, cowo spanyol berkata: “ no man, te qiero means I love you.”
Scene berganti, si cowo jepang mengunjungi toko kelontong tempat dia ngekos dulu, tapi ternyata toko kelontong itu udah dirobohkan, yang tersisa hanya pintu dari toko kelontong tempat dia tinggal setaun yang lalu. Lalu muncullah credit title.
pelem drama ini alurnya berjalan pelan, non verbal lebih banyak digunakan dengan ilustrasi musik di belakangnya. Apalagi percakapan di film ini ga banyak karena keterbatasan bahasa. Tapi entah mengapa, gw yang biasanya paling sebel nonton pelem drama bisa betah nonton pelem ini dan ternyata pelem ini bener-bener bisa bikin gw larut menontonnya dan gue bener-bener merasa tertipu dan dilecehkan karena ketidaktahuan gw terhadap bahasa spanyol. Sebelll…….. pas orang spanyol itu bilang kalo te qiero means I love you, gw shock. Merasa terhina. Hahaha. Padahal pas si cewe cina bilang te qiero means goodbye gw percaya banget, ampe dalam ati gw udah berpikir untuk menambah kosakata ‘te qiero’ berarti ‘sampai jumpa’ ke dalam memori gw. See, ketidaktahuan akan membuat anda mudah dibodohi dan dikibulin ama orang lain. Rasa shock si cowo Jepang tentunya tidak kalah jauh dari rasa shock yang gw punya.Haha. Semenjak nonton pelem itu gw jadi pengen belajar bahasa spanyol haha.mulai sekarang gw mau nonton telenovela dalam bahasa spanyol dengan subtitle inggris ah.hahaha.
oh iye, kembali ke love story, jadi inti yang ingin disampaikan oleh pelem ini ialah, katakan cinta selagi anda sempat haha. Oke oke?
Baiklah cukup sekian love storynya, nantikan tulisan saya berikutnya dengan tema yang sangat saya kuasai, yakni cynicism. Oh yeah!
No comments:
Post a Comment