Have you read this email before? It’s about Christian’s life with God.
I think the illustration is super cute, but yet also has a very meaningful message to strengthen our faith as a Christian.
Happy tandem biking with God :)
Tuesday, April 6, 2010
Massive pain comes within a small package
Sekitar seminggu yang lalu saya mengalami sariawan akut. Kenapa saya bilang akut? Karena baru sekali ini saya mengalami sariawan yang sampai-sampai membuat mulut ngilu dan susah tidur.
Kisah penderitaan saya dimulai ketika hari Jumat saya merasakan rahang atas tidak enak sehabis makan makanan yang digoreng dari salah satu restoran Jepang. Saya sendiri merasakan bahwa minyak yang dipakai untuk menggoreng sepertinya sudah tidak baik lagi karena leher saya merasakan gatal. Namun karena saya suka makan (haha) ya saya makan saja itu makanan sampai habis. Makanan tidak boleh dibuang bukan?
Lantas ketika hari sabtu, mulailah saya merasakan gejala sariawan, yakni munculnya tonjolan di langit-langit mulut sebelah kiri. Saya masih menganggap bahwa ini hanya sariawan biasa, namun karena letaknya di langit-langit mulut, tentu saja mengganggu saya untuk bisa makan dengan nyaman. Sabtu sorenya saya masih bisa makan, namun ketika malam, menjelang earth hour, saya ingat sekali saya gelap-gelapan menahan rasa ngilu yang menyerang saya. Karena sedang gelap-gelapan saya berniat tidur saja dah daripada ga ada kerjaan. Namun sayang usaha saya untuk tidur terganggu oleh ngilu di mulut saya. Semalaman saya tidak bisa tidur nyenyak karena ngilu tak berkesudahan.
Minggu paginya saya terbangun pagi-pagi dan masih merasakan ngilu secara bergantian. Walhasil selama di gereja saya bersungut-sungut dalam hati akan betapa ngilunya sariawan yang makin membengkak ini. Sebagai gambaran, sariawannya sangat besar sampai-sampai lidah anda bisa ‘kepentok’ dengan sariawan itu. Sesampainya di rumah, mulailah saya berusaha mengobati sariawan raksasa ini dengan serangan abothyl, obat kumur betadine, dan obat cina berupa serbuk hijau yang saya tidak tahu namanya. Tapi betapa kecewanya saya ketika mendapatkan obat-obatan tersebut masih tidak mempan juga memberantas sariawan raksasa ini. Minggu malam itu saya masih tersiksa. Tidur tak nyenyak, di tengah malam saya terbangun sambil menggunakan lidah untuk meraba-raba dan berharap sariawan itu kempes, namun tentu saja sariawan tersebut tetap nangkring manis di langit-langit mulut saya dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengecil. Bandel sekali dia.
Akhirnya senin pagi saya dibawa juga ke dokter. Ketika dokter memeriksa mulut saya, saya rasa dia juga ikut terkesima melihat tonjolan aneh itu. Hahaha. si dokter bilang: ini sudah mau bernanah.
Yeah. Jijay bajaj bukan. Sariawan kok bisa bernanah. Dari kalimat dokter di atas, saya beranggapan kalau sariawan yang saya derita ini bisa menjadi bernanah, namun untungnya sudah dibawa ke dokter sehingga tidak bernanah. Tapi ternyata, ketika saya minum obat yang diberikan oleh dokter tersebut, sariawan saya makin besar dan makin penuh. Ah… saya tidak sanggup menjelaskannya dengan kata-kata lagi. terlalu menjijikan, mungkin saya tunjukkan saja dengan fotonya bagaimana? (lebih menjijikan lagi hahaha). iya, saya memoto sariawan nanah saya untuk kenang-kenangan. Hoek, iya emang jijay, tapi menjadi kenang-kenangan pengingat saya akan rasa sakitnya dan semakin menjaga makanan yang saya makan. Intinya ternyata sariawan saya memang bernanah dan nanahnya keluar perlahan-lahan setelah minum obat. Yaiks. There I said it. You can throw up now. Hahaha. ah belakangan ini tulisan saya makin menjijikan ye. Setelah darah dan nanah, mungkin lain kali bisul? (amit-amit gw ogah bisulan)
Ya sudah, my point is next time if there’s something wrong with your body and you know that it’s not just a regular pain/ disease, please visit your doctor immediately. Jangan sampai mengalami hal-hal yang menjijikan seperti yang saya alami, atau mengalami rasa sakit yang semestinya dari awal sudah bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayangkan hanya karena sariawan, sampai mengganggu aktivitas anda selama hampir seminggu. So go and visit your doctor.
Kisah penderitaan saya dimulai ketika hari Jumat saya merasakan rahang atas tidak enak sehabis makan makanan yang digoreng dari salah satu restoran Jepang. Saya sendiri merasakan bahwa minyak yang dipakai untuk menggoreng sepertinya sudah tidak baik lagi karena leher saya merasakan gatal. Namun karena saya suka makan (haha) ya saya makan saja itu makanan sampai habis. Makanan tidak boleh dibuang bukan?
Lantas ketika hari sabtu, mulailah saya merasakan gejala sariawan, yakni munculnya tonjolan di langit-langit mulut sebelah kiri. Saya masih menganggap bahwa ini hanya sariawan biasa, namun karena letaknya di langit-langit mulut, tentu saja mengganggu saya untuk bisa makan dengan nyaman. Sabtu sorenya saya masih bisa makan, namun ketika malam, menjelang earth hour, saya ingat sekali saya gelap-gelapan menahan rasa ngilu yang menyerang saya. Karena sedang gelap-gelapan saya berniat tidur saja dah daripada ga ada kerjaan. Namun sayang usaha saya untuk tidur terganggu oleh ngilu di mulut saya. Semalaman saya tidak bisa tidur nyenyak karena ngilu tak berkesudahan.
Minggu paginya saya terbangun pagi-pagi dan masih merasakan ngilu secara bergantian. Walhasil selama di gereja saya bersungut-sungut dalam hati akan betapa ngilunya sariawan yang makin membengkak ini. Sebagai gambaran, sariawannya sangat besar sampai-sampai lidah anda bisa ‘kepentok’ dengan sariawan itu. Sesampainya di rumah, mulailah saya berusaha mengobati sariawan raksasa ini dengan serangan abothyl, obat kumur betadine, dan obat cina berupa serbuk hijau yang saya tidak tahu namanya. Tapi betapa kecewanya saya ketika mendapatkan obat-obatan tersebut masih tidak mempan juga memberantas sariawan raksasa ini. Minggu malam itu saya masih tersiksa. Tidur tak nyenyak, di tengah malam saya terbangun sambil menggunakan lidah untuk meraba-raba dan berharap sariawan itu kempes, namun tentu saja sariawan tersebut tetap nangkring manis di langit-langit mulut saya dan tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengecil. Bandel sekali dia.
Akhirnya senin pagi saya dibawa juga ke dokter. Ketika dokter memeriksa mulut saya, saya rasa dia juga ikut terkesima melihat tonjolan aneh itu. Hahaha. si dokter bilang: ini sudah mau bernanah.
Yeah. Jijay bajaj bukan. Sariawan kok bisa bernanah. Dari kalimat dokter di atas, saya beranggapan kalau sariawan yang saya derita ini bisa menjadi bernanah, namun untungnya sudah dibawa ke dokter sehingga tidak bernanah. Tapi ternyata, ketika saya minum obat yang diberikan oleh dokter tersebut, sariawan saya makin besar dan makin penuh. Ah… saya tidak sanggup menjelaskannya dengan kata-kata lagi. terlalu menjijikan, mungkin saya tunjukkan saja dengan fotonya bagaimana? (lebih menjijikan lagi hahaha). iya, saya memoto sariawan nanah saya untuk kenang-kenangan. Hoek, iya emang jijay, tapi menjadi kenang-kenangan pengingat saya akan rasa sakitnya dan semakin menjaga makanan yang saya makan. Intinya ternyata sariawan saya memang bernanah dan nanahnya keluar perlahan-lahan setelah minum obat. Yaiks. There I said it. You can throw up now. Hahaha. ah belakangan ini tulisan saya makin menjijikan ye. Setelah darah dan nanah, mungkin lain kali bisul? (amit-amit gw ogah bisulan)
Ya sudah, my point is next time if there’s something wrong with your body and you know that it’s not just a regular pain/ disease, please visit your doctor immediately. Jangan sampai mengalami hal-hal yang menjijikan seperti yang saya alami, atau mengalami rasa sakit yang semestinya dari awal sudah bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayangkan hanya karena sariawan, sampai mengganggu aktivitas anda selama hampir seminggu. So go and visit your doctor.
Subscribe to:
Posts (Atom)